NIAS BARAT – Masa depan Rumah Sakit Pratama (RSP) Lologolu, yang berada di Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, kini berada dalam sorotan tajam. Setelah sempat dibangun megah dengan anggaran puluhan miliar rupiah, fasilitas kesehatan tersebut terancam tak beroperasi optimal lantaran perintah dari Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, untuk memindahkan alat-alat kesehatannya ke RSUD Pratama Nias Barat di Kecamatan Lahomi.
Kepala Dinas Kesehatan Nias Barat, Hiburan Halawa, menyatakan pihaknya mendukung penuh kebijakan tersebut. Menurutnya, sebagian besar alat medis di RSP Lologolu belum bisa dimanfaatkan secara maksimal akibat keterbatasan tenaga ahli.
“Selama ini banyak alkes yang belum difungsikan karena tidak adanya dokter spesialis. Ini tentu menjadi pertimbangan utama pemindahan,” ujar Hiburan.
Namun, ia menekankan bahwa belum semua alat akan dipindahkan. Beberapa peralatan masih akan tetap digunakan untuk mendukung pelayanan dasar di Lologolu.
Kekurangan Tenaga Spesialis Jadi Hambatan
Seiring dengan pemindahan alat kesehatan, pemerintah daerah juga tengah mempersiapkan enam putra-putri daerah untuk menempuh pendidikan dokter spesialis sebagai bagian dari program afirmasi Provinsi Sumatera Utara.
“Kami sangat berharap pemerintah pusat, khususnya Kemenkes, dapat menugaskan dokter spesialis sementara untuk mengoptimalkan pemanfaatan alkes yang ada,” imbuhnya.
Proyek Besar yang Belum Maksimal
RSP Lologolu dibangun dengan fasilitas lengkap, mulai dari ruang operasi, radiologi, hingga laboratorium dan layanan farmasi. Namun, keterbatasan SDM membuat rumah sakit ini belum bisa menjalankan layanan sesuai harapan.
Pembangunan rumah sakit ini telah menyedot anggaran negara mencapai sekitar Rp 72 miliar, bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2022 dan belanja lanjutan tahun 2023. Proyek ini mencakup pengadaan instalasi air limbah, alat medis, WTP, genset, hingga pengolahan limbah B3.
Menkes: Bangun Rumah Sakit Tak Cukup Hanya Proyek
Saat berkunjung ke Nias Barat untuk meresmikan pembangunan RSUD Pratama Nias Barat, Menkes Budi Gunadi Sadikin secara terbuka menyampaikan keprihatinannya atas kondisi RSP Lologolu.
“Membangun rumah sakit itu bukan cuma soal proyek fisik. Yang sulit itu mencari tenaga dokter dan memastikan layanan benar-benar berjalan,” ucapnya saat melakukan peletakan batu pertama RSUD Pratama di Desa Onolimbu, Jumat (11/7/2025).
Budi menginstruksikan agar seluruh alat kesehatan dari RSP Lologolu yang belum dimanfaatkan segera dipindahkan untuk mendukung operasional RSUD Pratama.
RSUD Pratama Diharapkan Tangani Penyakit Mematikan
Dengan dibangunnya RSUD Pratama Nias Barat, harapan masyarakat kembali muncul. Rumah sakit ini ditargetkan mampu menangani lima penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, yaitu stroke, jantung, kanker, gagal ginjal, serta kematian ibu dan anak.
Pembangunan rumah sakit ini juga akan dilengkapi fasilitas medis canggih seperti CT Scan, cathlab, mesin hemodialisis, hingga peralatan kemoterapi. Hal ini dimaksudkan agar warga Nias Barat tidak lagi harus dirujuk ke kota besar seperti Gunungsitoli atau Medan untuk perawatan serius.
“Kami ingin memastikan masyarakat bisa mendapatkan layanan berkualitas tanpa harus menempuh perjalanan jauh,” jelas Budi.
Jalur Afirmasi untuk Putra Daerah
Sebagai solusi jangka panjang, pemerintah akan membuka jalur afirmasi untuk mendidik tenaga spesialis dari daerah. Putra-putri Nias Barat akan diberi kesempatan lebih besar untuk menempuh pendidikan spesialis dengan komitmen kembali mengabdi di kampung halaman.
“Pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit akan menjadi pilar utama untuk pemerataan layanan kesehatan,” ungkap Budi.
RSP Lologolu Disorot karena Dugaan Korupsi
Sayangnya, di tengah polemik pemindahan alkes dan kekosongan operasional, RSP Lologolu juga terseret dalam pusaran dugaan kasus korupsi. Kejaksaan Negeri (Kejari) Gunungsitoli saat ini tengah menyelidiki pekerjaan proyek tembok penahan tanah (TPT) senilai Rp 2,4 miliar, dan proyek lainnya di Puskesmas Mandrehe Utara.
Pada 8 Juli 2025, tim penyidik dari Pidsus Kejari Gunungsitoli melakukan penggeledahan di Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Barat dan menyita 30 bundel dokumen terkait proyek-proyek tersebut.
“Penyelidikan ini telah naik ke tahap penyidikan dengan dua surat perintah resmi dari Kejari,” demikian pernyataan pihak Kejaksaan.
Penutup: Masyarakat Menanti Aksi Nyata
Kisah RSP Lologolu menjadi potret bagaimana pembangunan infrastruktur kesehatan tanpa kesiapan SDM dan pengawasan yang kuat dapat berujung sia-sia. Kini, harapan masyarakat tertuju pada RSUD Pratama Nias Barat, yang diharapkan benar-benar mampu membawa perubahan layanan kesehatan yang nyata.
Di tengah upaya pembangunan dan perbaikan sistem, publik juga menanti agar penegakan hukum terkait dugaan penyalahgunaan anggaran berjalan transparan dan tegas demi kepercayaan terhadap layanan publik yang lebih baik.