Nias Selatan – Festival budaya Maniamölö Fest 2025 yang berlangsung di Desa Hilisimaetano, Kabupaten Nias Selatan, menghadirkan sebuah peristiwa bersejarah yang menggugah: pameran multimedia bertajuk “Suara yang Pulang”. Kegiatan ini menjadi sorotan utama festival, menampilkan kembali rekaman-rekaman bunyi dan visual warisan budaya Nias yang telah lama tersimpan di luar negeri.
Rekaman suara, foto, dan film bisu yang ditampilkan dalam pameran ini berasal dari dokumentasi etnomusikolog asal Belanda, Jaap Kunst, yang melakukan perjalanan penelitian ke Nias pada tahun 1930. Material yang telah berusia hampir satu abad ini kini kembali hadir di tengah masyarakat asalnya, dalam format yang telah direstorasi dan dikurasi ulang.
Mengembalikan Bunyi ke Tanah Asal
Gagasan untuk menghadirkan kembali rekaman-rekaman tersebut diprakarsai oleh Doni Kristian Dachi, seorang peneliti asal Nias yang telah lama menaruh perhatian pada arsip-arsip budaya leluhur. Terinspirasi dari cerita masa kecil yang ia dengar dari ayahnya, Doni memulai penelusuran panjang terhadap jejak suara masa lalu masyarakat Nias.
Perjalanan Doni membawanya pada pertemuan dengan Barbara Titus, etnomusikolog yang juga menaruh perhatian besar pada karya Jaap Kunst. Melalui komunikasi daring yang intens dan kolaborasi lintas negara, akhirnya Doni berkesempatan mengakses dan membawa pulang rekaman suara Nias dari Belanda.
“Suara-suara ini bukan sekadar arsip. Ini adalah bagian dari identitas dan ingatan kolektif masyarakat kami,” ujar Doni saat ditemui di lokasi pameran, Minggu (22/6/2025).
Barbara juga turut berperan penting dalam proses restorasi rekaman. Menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), rekaman-rekaman tersebut dibersihkan dari gangguan suara tanpa menghilangkan karakter aslinya, agar dapat dinikmati dengan lebih utuh oleh masyarakat Nias.
Pameran Multimedia: Pengalaman Imersif dan Emosional
Pameran multimedia ini bukan sekadar menyajikan arsip dalam bentuk konvensional. Di dalamnya, pengunjung diajak untuk mendengar kembali lagu-lagu tradisional, menyaksikan film bisu, dan melihat foto-foto dokumenter kehidupan masyarakat Nias tahun 1930-an.
Yang menarik, lokasi pameran dipusatkan di desa tempat sebagian besar rekaman tersebut diambil, menjadikannya lebih dari sekadar pameran—tetapi bentuk nyata repatriasi warisan budaya kepada komunitas asal.
Anak-anak muda lokal, termasuk mahasiswa dari Universitas Nias Raya, terlibat langsung sebagai pemandu pameran. Mereka menjelaskan konteks sejarah, menjembatani generasi masa kini dengan masa lalu, dan memastikan warisan ini tetap hidup melalui narasi yang disampaikan dari generasi ke generasi.
Refleksi dan Harapan
“Kami tidak ingin suara-suara ini hanya tinggal sebagai file digital yang diam di server luar negeri,” tutur Doni. “Kami ingin mereka hidup kembali di sini, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Nias hari ini.”
Doni berharap agar generasi muda Nias mampu menemukan kembali akar budayanya melalui suara-suara yang telah lama terpisah ini. Baginya, pengembalian arsip bukan hanya tentang fisik atau data, tapi tentang mengembalikan makna dan koneksi spiritual antara leluhur dan keturunannya.
Bagian dari Maniamölö Fest 2025: Festival Warisan dan Identitas
Pameran “Suara yang Pulang” merupakan salah satu kegiatan utama dalam Maniamölö Fest 2025, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Hilisimaetano bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Nias Selatan. Festival ini juga masuk dalam daftar 110 Karisma Event Nusantara 2025, program unggulan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Selain pameran, festival juga menghadirkan berbagai kegiatan budaya lainnya, seperti ritual sakral Famadaya Harimao yang hanya digelar setiap 14 tahun, lomba Tari Kreasi dan Hoho (puisi lisan), pertunjukan musik ansambel lokal, hingga atraksi ikonik Fahombo Batu (lompat batu).
Festival ini menjadi panggung untuk merayakan kekayaan budaya Nias Selatan sekaligus momentum penting untuk memperkuat jati diri generasi muda lewat warisan yang telah lama tertinggal namun kini “pulang” dengan penuh makna.